Jumat, 30 Mei 2008

STUDI MASYARAKAT MELAYU

Perempuan Dalam Perspektif Budaya Melayu

Oleh: Nilawati Asnovi

Sepertinya emansipasi wanita pada era ini begitu sangat jelas terlihat. Baik itu soal dandan, pekerjaan, prestasi, hingga soal menjadi imam. Tidak sedikit pula orang-orang beranggapan bahwa wanita adalah sesuatu yang dapat menjadi pusat eksploitasi bagi kaum adam. Nah, bagaimana budaya melayu menanggapi hal yang demikian?? Masih adakah kartini-kartini masa depan??.

Sebenarnya perkataan wanita mempunyai makna yang tersendiri. Dalam pemahaman masyarakat jawa, wanita berarti berani ditata. Demikian pula dalam masyarakat melayu, wanita adalah gabungan dari kata berani menerima apa saja yang ditetapkan diatas pundaknya.

Seminar bulanan yang ditaja oleh jurusan Sosiologi, Program Studi S2 Unrban Studi, serta IMS pada Sabtu (26/04) ini, Noriah Mohammed memberikan judul wacananya me-ngenai wanita yang selangkah menuju syurga. Disini ia menjelaskan bagai-mana tipe dari wanita melayu itu sendiri.

‘’ Di dalam Islam, kedudukan wanita sama pentingnya seperti lelaki. Melayu mengatakan bahwa wanita sebaiknya memperlihatkan kebaikan luar dan dalam, serta setiap perlakuan dan ucapan itu harus dilihat dari perspektif dosa dan pahala,’’ ujar dosen Universitas Kebangsaan Malaysia ini.

Bersempena dengan diperi-ngatinya hari Kartini, seminar yang dilaksanakan di ruang C.3 FISIP Unri ini memberikan tema “Perempuan dalam Perspektif Budaya Melayu”, mak-sudnya disini adalah banyak sekali pengaruh-pengaruh luar yang mendominasi gaya hidup wanita itu sendiri.

Hal senada juga disampaikan oleh Nurhamlin, salah seorang Dosen Sosiologi Fisip Unri. ‘’ Saya melihat, pengaruh luar negeri terhadap per-gaulan perempuan saat ini lebih kuat dibandingkan dengan budaya yang kita punya, sehingga mengaki-batkan perem-puan saat ini begitu mudahnya dijadikan bahan eksploitasi bagi laki-laki,’’ ujarnya.

Melihat fenomena ini, Noriah Mohammed juga memberikan tanggapannya. ‘’ Wanita melayu yang ber-pendidikan adalah perempuan yang mempelajari ilmu dunia dan akhirat. Istilah pe-rempuan sayur secara tidak lang-sung memperlihatkan wanita yang tidak mempunyai pendirian, dan wanita seperti inilah yang sering menjadi permainan lelaki,’’ tambah-nya.

Namun, bagaimanapun, ko-drat wanita adalah menjaga mar-wah dan martabat dirinya sendiri. Bagi wanita yang tidak memper-dulikannya, maka ia tidak bias di-sebut sebagai kartini, karena Kartini adalah pahlawan yang tidak lupa dengan kodratnya sebagai perempuan.



Tidak ada komentar: